Gangnam Style memang luar biasa. Videonya meledak hanya satu hari
setelah di-upload ke YouTube. Menjadikannya sebagai salah satu video
viral tercepat sepanjang sejarah. Jutaan orang terkesima dengan
koreografinya yang unik dan melodinya yang catchy. Tapi apakah kisah
sebenarnya dibalik lagu asyik ini?
Hari gini hampir mustahil rasanya kita ber-browsing ria di internet
tanpa melihat atau mendengar Gangnam Style. Apalagi buat kamu yang
sering mondar-mandir di YouTube atau penggemar K-Pop. Apa sih yang
menarik dari video ini? Bisa dibilang, semuanya. Mulai dari tarian kuda
yang aneh tapi asyik, hingga musik yang begitu mudah mengalir ke dalam
telinga - walaupun sebagian besar orang bahkan tak mengerti arti
liriknya. Tapi tahukah kamu, bahwa dibalik semua itu, Gangnam Style
ternyata diciptakan di atas sebuah isu yang sensitif?
Psy atau Psycho bukanlah penyanyi baru. Karirnya sudah dimulai
semenjak penyanyi kelahiran tahun 1973 ini menelurkan album perdananya
pada tahun 2001 silam. Karya pertama pria alumni Boston Univeristy ini
tidak bernasib semujur album terbarunya yang sekarang. Psy dijatuhi denda
setelah album pertamanya, 'PSY From The Psycho World!', dinilai
mengandung konten tak sesuai untuk anak di bawah umur. Begitu juga
dengan nasib album kedua, dibanned, dengan alasan yang lucunya bertolak
belakang dengan alasan yang sebelumnya. Album yang dimaksud, 'Ssa2',
dinilai mengandung lirik yang tak cocok untuk orang berusia diatas 18
tahun. Setelah berulang kali menelurkan album, barulah pada album yang
terakhir ini, 'PSY6甲', nama Psy menjadi begitu terkenal di seluruh
dunia. Ia telah menjadi penyanyi solo Korea Selatan tersukses dalam
menembus pasar Amerika.
Kini, Gangnam Style sudah ditonton lebih dari 50 juta kali. Semua orang dibuat keranjingan, bahkan selebriti seperti Katy Perry dan Nely Furtado
pun juga ikutan tertular. Lagu ini nampaknya bakal atau sudah menyamai
kedudukan lagu sejuta umat, Part Rock Anthem yang dibawakan oleh LMFAO.
Semua orang kenal baik dengan melodinya, tapi jelas, tidak semua orang
mengetahui isi pesan dibalik lagu berbahasa Korea Selatan tersebut.
Jadi apa sebenarnya esensi dari lagu Gangnam Style? Seperti yang kita
ketahui, Korea Selatan adalah negara Asia dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cepat dan tinggi. Peningkatan standar hidup ini tak ayal
mempengaruhi gaya hidup sebagian penduduknya. Sebagian dari mereka akan
mulai menghabiskan uang yang mereka dapat untuk berburu kesenangan dan
barang-barang mewah. Dan di Korea Selatan, tak ada tempat lain yang
diniliai dapat menyamai kemewahan daerah Gangnam, daerah yang menjadi
simbol kesejahteraan dan kemehawan di negara itu.
Ketika ekonomi naik, daya beli masyarakat juga meningkat. Namun tak
semua orang dapat ikut menikmati kesejahteraan tersebut. Sehingga ketika
gaya hidup semakin mewah, orang-orang yang tak cukup beruntung ini
sebagian terperangkap dalam siklus gali lubang, tutup lubang. Mereka
adalah orang-orang yang tak ingin status sosial mereka 'dipandang
rendah'. Dan sayangnya, tradisi tak sehat ini sepertinya justru lagi
booming di negara ginseng tersebut. Buktinya, tingkat pengambilan kredit penduduk Korea selatan menggelembung begitu tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan Amerika sebelum krisis.
Di Korea Selatan, ada sebuah lelucon mengenai 'wanita kecap asin'
atau Doenjangnyeo. Istilah ini diperuntukan untuk wanita yang rela
memakan mie murah seharga belasan ribu rupiah tapi selalu menikmati kopi
mahal seperti Starbucks yang berharga berkali-kali lipat lebih mahal.
Artinya, wanita-wanita ini hanya mau mengeluarkan sedikit uang untuk
kebutuhan pokok, namun berani membayar mahal untuk kebutuhan tambahan,
contohnya meminum kopi. Karena banyaknya orang yang 'terjangkit' oleh
fenomena ini, toko kopi menjadi menjamur dimana-mana, terutama di daerah
elit seperti Gangnam. Hubungannya dengan lagu Gangnam Style? Ya, lagu
ini diciptakan sebagai satir untuk gaya kehidupan tersebut.
Lirik Gangnam Style:
Mungkin banyak yang tak mengira bahwa Psy dalam lagu ini sebenarnya
ingin mengolok-olok gaya hidup materialisme, dan juga orang-orang yang
berusaha mendapatkan gaya hidup tersebut. Coba saja perhatikan video
musiknya. Di awal video, kita seakan-akan melihat Psy sedang bersantai
di pantai, tapi ternyata ia hanya lagi berada di taman bermain
anak-anak. Adegan selanjutnya, ia seperti sedang bersauna dengan para
pebisnis, namun bukan pebisnis yang menemaninya, melainkan hanya para
preman dan mafia. Lihat ketika Psy berjalan didampingi dua orang model
wanita cantik dan tiba-tiba mereka di'serang' salju dan sampah? Itu
adalah satir dari para bintang glamor yang seringkali berjalan di atas
karpet merah. Untuk adegan-adegan lainnya, saya akan serahkan kepada
kalian untuk berimajinasi sendiri :)
Masih belum yakin? Coba tonton video behind the scene-nya berikut ini. Di situ kita bisa mendengarnya berkomentar kata-kata ini sambil menghela napas:
"Kehidupan sosial manusia itu begitu hampa (palsu), dan bahkan ketika melakukan pengambilan gambar (video ini) ini saja saya sudah merasa sedih. Dari frame ke frame, semuanya hampa."
Mengkritik kondisi individu, apalagi masyarakat, memang bukan
pekerjaan yang mudah. Tapi dalam hal ini, kita pasti setuju bahwa Psy
mampu melakukannya dengan begitu kasual dan menyenangkan. Dengan gaya
komedinya yang kental dan musik bernada riang gembira, entah berapa
orang yang benar-benar menyadari bahwa musisi ini sebenarnya hendak
mengkritik gaya hidup materialisme yang sebenarnya tidak hanya melanda
Korea Selatan, tapi juga melanda kebanyakan masyarakat lain di berbagai
negara, termasuk kita, masyarakat Indonesia. Nah, sekarang coba lihat ke
diri masing-masing. Apakah kamu termasuk orang yang merasa ter-'sentil'
oleh lagu Gangnam Style?
0 komentar :
Posting Komentar